Rabu, 08 Agustus 2012

kepada pemilik hati di ranting pohon yang meranggas, lain benua.


aku baru saja tersadar ternyata pelukan kita menjadi jauh.
di ranting pohon meranggas yang kau kirim ke hatiku, saat malam yang menindih kepalaku dengan rintik hujan, mendadak kau bisu. entah karena jarak atau jejak.

aku berharap kau pulang menaiki kereta yang dipenuhi aroma tubuh orang lain dan bercerita di hadapanku : ingatanmu tentang somba opu. masihkah ia diam di pelupukmu ?

saat sua menemukan kita di peron, menunggu kereta yang lelah mengangkut sepi, sekedar basa-basi kutanyakan : adakah kartini di Holland ? atau dia berubah jadi Ratu ?
sungguh kuharap sua itu berlanjut cerita. sebuah basa-basi mungkin. mungkin lidah terlalu ngilu untuk bercerita kisahmu disana, atau jiwaku yang terlanjur besar di kampung.

aku adalah laki-laki yang mengenang gerimis di kaki losari. gerimis yang didalamnya ku titip pesan. untukmu.
semoga losari yang ku maksud adalah yang berujung di garis pantai benua yang kau diami. sekali waktu, carilah gerimis yang kukirimkan itu. tandanya dihiasi pelangi.


kepada pemilik hati di ranting pohon yang meranggas, lain benua.
Makassar, 25 Januari 2010.

3 komentar:

  1. tak perlu kujejak,
    gerimis itu di sini.
    tak perlu kaucecar,
    meringis bebatu menindih[,]
    kepada para-para...

    BalasHapus
  2. saya hanya ingin menundukkan kepala dan tertegun, bunda.
    menekuni jejak hati, yang kemarin sudah disusun cermat
    atau sekedar menetapkan hati pada sebuah cinta yang akan saya maharkan
    kalau tidak begitu bisa saja saya ngilu.

    BalasHapus
  3. itu keikhlasan, dan belum kutubuhi hingga kata ini kugores di dinding iklasmu.

    BalasHapus