dan sepi yang menggenang di sudut
mataku membanjir di tengah kota.
membisiki jiwa yang tiba-tiba sunyi
untuk ikut basah.
kau terlihat merendam kepala di sela -
sela bangunan tua. hatimu ikut basah.
bahwa sepiku itu merusak siri'mu. aku tak peduli. tak pernah.
sejenak menutup mata, kita telah saling
melupakan, dan lelahku yang memaksa untuk mencari-cari aroma tubuhmu : mungkin
ada di selokan, mungkin tersangkut di ranting pohon, mungkin nihil.
tak apa, setidaknya saat sepi lain
mengepung arahku, kau bisa tiba-tiba ku baui.
mungkin bau tanah, mungkin bau anyir
darah, mungkin jua kudapati aroma tubuhmu.
bau yang melekat di bibirku,
setelah riuhku perkosa seluruh sunyimu.
aromamu,
tiba-tiba.
makassar, 28 januari 2010.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar